Wherever you are, I always make you smile
Wherever you are, I’m always by your side
Whatever you say, kimi wo omou kimochi
I promise you “forever” right now
-ONE OK ROCK- Wherever You Are
Wherever you are, I’m always by your side
Whatever you say, kimi wo omou kimochi
I promise you “forever” right now
-ONE OK ROCK- Wherever You Are
Pukul 05.00 a.m. Taka baru saja pulang latihan band dengan
Toru, Tomoya, Ryota dan Alex. Untuk samapi
ke rumahnya, Taka harus naik bus. Namun, lama perjalanan naik bus hanya akan
memakan waktu tiga puluh menit untuk tiba di rumah Taka.
Pagi itu, ketika Taka tiba di halte, nampak seorang wanita
berpakaian kantor rapi dengan mantel tebal dan headphone yang menutupi kedua
telinga wanita itu. Wanita itu duduk santai namun manis, memasukkan kedua
tangannya ke saku mantel dan matanya yang terpejam. Bukan tidur, dia sedang
menikmati lagu dari mp3 playernya. Taka duduk, menunggu bus pagi dengan wanita itu. Taka, yang
baru pulang latihan band sejak pukul 1.00 a.m nampak lesu dan mengantuk. Berbeda
dengan wanita itu, yang berpakaian rapi, segar, dan nampak anggun.
Taka memperhatikan wanita itu secara diam-diam, mencuri
pandangan. Wanita itu Nampak begitu menikmati lagu yang sedang ia dengarkan. Terdengar
wanita itu bersenandung, menyanyikan lagu yang sedang ia dengarkan dengan mata
terpejam.Ketika wanita itu membuka matanya perlahan, ia menoleh ke
samping kanannya. Angin pagi hari mengibaskan sedikit rambutnya yang lurus
se-dada. Bulu matanya yang tebal dan lentik, matanya yang bening melihat Taka.
Wanita itu tersipu. Kemudian tertawa kecil karena merasa malu. Taka tertawa
kecil juga.
Wanita itu melepas earphone nya. “Maaf jika aku menggangu. Aku
kira aku masih sendiri disini.”
“Ah, bukan masalah.” Taka tersenyum. Menggaruk kepalanya
yang tidak gatal. “Um, maaf. Kalau boleh tahu, anda ini orang baru disini? Sepertinya,
saya baru melihat anda di halte ini.”
Wanita itu tersenyum, kemudian tertawa kecil. Membuat pipinya
naik menyipitkan mata. “Jangan baku gitu deh. Namaku Amane.” Amane menyodorkan
tangan kanannya kepada Taka.
“Taka.” Taka membalas menjabat tangan Amane
.
Sejak pertemuan itu, mereka mengobrol panjang lebar. Mulai dari
utara ke selatan. Kemudian dari barat ke timur. Namun, mereka merasa tidak ada
masalah ketika mengobrol. Hamper setiap hari setelah hari itu, mereka selalu
satu bus.Sebenarnya, Amane masih harus naik kereta setelah naik bus. Sedangkan
Taka hanya naik bus dan langsung turun di halte dekat rumahnya.
Semakin hari, persaan cinta tumbuh semakin mekar di hati
Taka kepada Amane. Sosok wanita lembut, murah senyum dan dewasa, bukan kah itu
sempurna?
Singkat cerita, ketika empat bulan berkenalan, mereka berdua
pacaran. Perasaan cinta itu memiliki pengaruh postif bagi Taka dalam membuat
lirik lagu. Hingga takdir berkata lain ketika mereka sedang kencan di akhir
musim semi menuju musim panas.
“Taka, aku dipindahtugaska ke Singapore oleh pihak kantorku.”
Kata Amane pahit.
“Kau… benar-benar akan pindah? Berapa lama?” tanya Taka.
“Entahlah. Mungkin untuk dua tahun paling lama. Kamu,
baik-baik saja ‘kan?”
“Aku baik. Jangan khawatirkan aku. Kapan kau akan pergi ke
Singapore?”
“Minggu depan.”
Percakapan malam itu menjadi lebih dingin dari biasanya.
**
“Hallo.” Amane melambaikan tangannya di depan laptop. Ia sedang
melakukan cideo call dengan Taka yang ada di Jepang.
“Hi. Apa kabar?” Taka membalasnya.
“Aku baik. Kamu?”
“Baik. Eh, minggu depan bandku show di acara festival musim
panas. Kau datang, ya?” pinta Taka.
“Aku usahakan datang.” Amane tersenyum manis.
“Aku punya kejutan untukmu di hari itu.”
“Kejutan? Kejutan apa?”
“Sebuah lagu yang aku ciptakan khusus untukmu. Tapi aku
nyanyikan untukmu disana saja.” Taka tertawa.
Amane tersipu. “Tunggu aku. Aku akan meminta izin dari
kantor, cuti-ku dipotong paling. Aku pasti menonton.” Amane berjanji.
“Oke.”
**
Taka duduk dengan mata kosong di depan cermin. Sebentar lagi
ia akan tampil dalam acara festival musim panas di Tokyo. Tomoya, Toru dan
Ryota menpuk pundak Taka.
“Bukan ini yang dia inginkan. Dia ingin lihat penampilan
terbaikmu hari ini.” Kata Toru menyemangati Taka.
Taka mengangkat wajahnya. Menatap ketiga temannya dengan
sungguh-sungguh. Taka mengangguk dan mulai memasuki panggung. Ratusan penonton
mulai memenuhi tempat itu. Awan cerah siang hari mulai berbuah menjadi kelabu,
pertanda akan turun hujan.
Toru mulai ememtik gitarnya. Memainkan melody dengan lembut.
Taka mulai mengangkat microphone dan bernyanyi—lebih tepatnya bercerita,
mengungkapkan perasaannya lewat lirik lagu yang ia bawakan.
**
Taka berdiri tertunduk. Menatap pahit makam berbatu nisan di
hadapannya. Itu adalah makan Amane. Amane meninggal dalam kecelakaan lalu
lintas di Singapore saat akan menuju bandara menuju Jepang. Taka menganakan
pakaian serba hitam. Bertolak belakang dengan awan cerah yang menaunginya saat
itu.
“Amane, dimanapun kau berada, kemanapun kau pergi, kau harus
tahu satu hal: kau adalah wanita yang mustahil bisa aku lupakan dalam hidupku. Kau,
sampai kapanpun itu, untuk selamanya, tempatmu dihati ini tak akan ada yang bisa menggantinya.”